Revolusi Hijau


Revolusi Hijau
5 / 5 ( 1 vote )

Pengertian Revolusi Hijau

Revolusi hijau merupakan usaha untuk mengembangkan teknologi pertanian agar terjadi peningkatan produktivitas dalam hal pangan. Hal ini didorong oleh pertumbuhan angka penduduk yang harus diiringi pula dengan peningkatan pangan.
Revolusi hijau lebih berfokus pada serealia alias tanaman biji-bijian, seperti gandum, padi, jagung, dan lainnya.
Pada revolusi hijau, pertanian yang tadinya bersifat tradisional akan diubah menjadi pertanian dengan sistem yang menggunakan teknologi terkini supaya bisa optimal. Dari sini, tentu dapat diketahui bahwa tujuan revolusi hijau sebetulnya juga demi terpenuhinya industrialisasi ekonomi nasional.
Dengan revolusi hijau, ketergantungan petani pada cuaca dan alam akan berkurang karena adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan tekonologi

Revolusi Hijau di Indonesia

Perubahan dalam bidang pertanian di dunia juga berdampak terhadap Indonesia, salah satunya adalah penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Revolusi Hijau juga menjadi proyek utama pada masa Orde Baru untuk memacu hasil produk pertanian dengan menerapkan teknologi modern.


Revolusi Hijau dianggap sebagai jawaban akan tantangan ketersediaan pangan yang diprediksi akan terus meningkat. Meski telah dimulai sejak tahun 1970-an, dampaknya baru mulai dirasakan pada masa 1980-an.
Pemerintah Indonesia mendorong penanaman padi, pemakaian bibit impor, penggunaan pupuk kimia, pestisi dan dan sebagainya. Hingga pada akhirnya pada tahun 1990-an Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
Akan tetapi pada tahun yang sama pula, para petani mulai mendapat serangan hama, serta mengalami kemerosotan kesuburan lahan. Selain itu penggunaan pupuk dan pestisida sudah tidak lagi manjur, serta harga gabah diatur oleh pemerintah.
Bahan kimia yang digunakan untuk lahan pertanian menimbulkan kerusakan pada struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan-bahan pestisida yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian justru merusak ekosistem dan habitat hewan-hewan yang menguntungkan karena menjadi predator alami hama-hama tertentu. Pestisida juga menyebabkan imunitas pada beberapa hama.
Lambat laun kerusakan ekologi seakan tak terhindarkan dan produksi pangan kembali menurun serta ongkos pertanian cenderung meningkat. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan produksi tidak lagi efisien dan menurunkan minat masyarakat dalam sektor pertanian.

Latar Belakang Lahirnya Revolusi Hijau

Lahirnya Revolusi Hijau dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi global masa itu, antara lain:
  1. Hancurnya lahan pertanian akibat Perang Dunia I dan Perang Dunia II
  2. Laju pertambahan penduduk yang meningkat drastis sehingga kebutuhan pangan juga bertambah
  3. Banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan
  4. Upaya peningkatan produksi pertanian

Di Indonesia, revolusi hijau dilaksanakan mulai tahun 1969 dalam periode Periode Pelita (pembangunan Lima Tahun) I, dengan berfokus pada peningkatan produksi beras.

Revolusi hijau di Indonesia dilaksanakan melalui empat program yaitu:

1.      Intensifikasi Pertanian, yang merupakan metode peningkatan hasil pertanian dengan melaksanakan Panca Usaha Tani yaitu perbaikan teknik pengolahan lahan, pengaturan irigasi, penggunaan bibit unggul, pemupukan, dan pemberantasan hama.

2.      Ekstensifikasi Pertanian, yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan cara memperluas areal pertanian, terutama sawah. Caranya adalah dengan memanfaatkan hutan, lahan gambut, padang rumput, dan tanah lain yang belum terpakai untuk digunakan sebagai lahan pertanian.

3.      Diversifikasi Pertanian, yaitu peningkatan hasil produksi pertanian dengan cara memanfaatkan lahan dan sumber daya lain untuk beberapa aktifitas sekaligus. Misalnya, satu lahan ditanami beberapa jenis tanaman, atau memelihara beberapa jenis ternak dalam satu kandang. Bisa juga dengan memanfaatkan lahan untuk pertanian sekaligus untuk peternakan.

4.      Rehabilitasi Pertanian, yaitu peningkatan hasil produksi pertanian dengan cara memperbaiki sumber daya pertanian yang belum optimal atau rusak, misalnya perbaikan sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi

Dampak Positif revolusi hijau di Indonesia adalah meningkatnya produksi beras sehingga Indonesia yang sebelumnya mengimpor beras mampu berswasembada dan bahkan mengekspor beras ke India. Selain itu revolusi hijau juga membawa dampak negatif antara lain:

1.        Penurunan produksi protein, karena tidak dikembangkan sebagaimana peningkatan produksi padi dan banyak lahan peternakan diubah menjadi sawah.

2.        Menurunnya keanearagaman hayati, karena lahan-lahan dengan ekosistem yang berbeda dirubah menjadi sawah.

3.        Pupuk kimia yang digunakan terus-menerus menyebabkan rusaknya struktur tanah dan ketergantungan tanaman pada pupuk yang terus meningkat.

4.        Pestisida yang digunakan menyebabkan munculnya hama strain baru yang tahan terhadap pestisida tertentu. Pestisida jenis baru dibuat untuk mengatasi hal ini, namun malah menimbulkan hama lain yang resisten, dan demikian terjadi terus menerus.

Dampak Revolusi Hijau

Meski berhasil meningkatkan produksi gabah di Indonesia, akan tetapi Revolusi Hijau juga berakibat sebagai berikut:

·       Musnahnya organisme penyubur tanah
·       Kesuburan tanah menurun dan menjadi tandus
·       Tanah mengandung resido akibat endapan pestisida
·       Hasil pertanian mengandung bahan kimia pestisida
·       Ekosistem rusak dan tidak lagi seimbang
·       Terjadi ledakan serangan hama dan penyakit

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBUDAYAAN BACSON HOABINH, DONGSON,SA HUYNH DAN INDIA

Kehidupan Awal Masyarakat di Kepulauan Indonesia

PERADABAN MESOPOTAMIA