Revolusi Hijau
Revolusi Hijau
Pengertian Revolusi Hijau
Revolusi hijau merupakan usaha untuk mengembangkan
teknologi pertanian agar terjadi peningkatan produktivitas dalam hal pangan.
Hal ini didorong oleh pertumbuhan angka penduduk yang harus diiringi pula dengan
peningkatan pangan.
Revolusi hijau lebih berfokus pada serealia alias
tanaman biji-bijian, seperti gandum, padi, jagung, dan lainnya.
Pada revolusi hijau, pertanian yang tadinya bersifat
tradisional akan diubah menjadi pertanian dengan sistem yang menggunakan
teknologi terkini supaya bisa optimal. Dari sini, tentu dapat diketahui bahwa
tujuan revolusi hijau sebetulnya juga demi terpenuhinya industrialisasi ekonomi
nasional.
Dengan revolusi hijau, ketergantungan petani pada
cuaca dan alam akan berkurang karena adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan
tekonologi
Revolusi Hijau di Indonesia
Perubahan dalam bidang pertanian di dunia juga
berdampak terhadap Indonesia, salah satunya adalah penggunaan pupuk dan
pestisida kimia. Revolusi Hijau juga menjadi proyek utama pada masa Orde Baru
untuk memacu hasil produk pertanian dengan menerapkan teknologi modern.
Pemerintah Indonesia mendorong penanaman padi, pemakaian bibit impor,
penggunaan pupuk kimia, pestisi dan dan sebagainya. Hingga pada akhirnya pada
tahun 1990-an Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
Akan tetapi pada tahun yang sama pula, para
petani mulai mendapat serangan hama, serta mengalami kemerosotan kesuburan
lahan. Selain itu penggunaan pupuk dan pestisida sudah tidak lagi manjur, serta
harga gabah diatur oleh pemerintah.
Bahan kimia yang digunakan untuk lahan pertanian menimbulkan
kerusakan pada struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan-bahan pestisida yang
sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian justru merusak ekosistem
dan habitat hewan-hewan yang menguntungkan karena menjadi predator alami
hama-hama tertentu. Pestisida juga menyebabkan imunitas pada beberapa hama.
Lambat laun kerusakan ekologi seakan tak
terhindarkan dan produksi pangan kembali menurun serta ongkos pertanian
cenderung meningkat. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan produksi tidak lagi
efisien dan menurunkan minat masyarakat dalam sektor pertanian.
Latar Belakang Lahirnya Revolusi Hijau
Lahirnya Revolusi Hijau dilatarbelakangi oleh
berbagai kondisi global masa itu, antara lain:
- Hancurnya lahan pertanian akibat Perang Dunia I dan Perang Dunia II
- Laju pertambahan penduduk yang meningkat drastis sehingga kebutuhan pangan juga bertambah
- Banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan
- Upaya peningkatan produksi pertanian
Di Indonesia, revolusi hijau dilaksanakan mulai tahun 1969 dalam periode Periode Pelita (pembangunan Lima Tahun) I, dengan berfokus pada peningkatan produksi beras.
Revolusi hijau di Indonesia dilaksanakan melalui empat program yaitu:
1. Intensifikasi Pertanian, yang merupakan metode peningkatan hasil pertanian dengan melaksanakan Panca Usaha Tani yaitu perbaikan teknik pengolahan lahan, pengaturan irigasi, penggunaan bibit unggul, pemupukan, dan pemberantasan hama.
2. Ekstensifikasi Pertanian, yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan cara memperluas areal pertanian, terutama sawah. Caranya adalah dengan memanfaatkan hutan, lahan gambut, padang rumput, dan tanah lain yang belum terpakai untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
3. Diversifikasi Pertanian, yaitu peningkatan hasil produksi pertanian dengan cara memanfaatkan lahan dan sumber daya lain untuk beberapa aktifitas sekaligus. Misalnya, satu lahan ditanami beberapa jenis tanaman, atau memelihara beberapa jenis ternak dalam satu kandang. Bisa juga dengan memanfaatkan lahan untuk pertanian sekaligus untuk peternakan.
4. Rehabilitasi Pertanian, yaitu peningkatan hasil produksi pertanian dengan cara memperbaiki sumber daya pertanian yang belum optimal atau rusak, misalnya perbaikan sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi
Dampak Positif revolusi hijau di Indonesia adalah meningkatnya produksi beras sehingga Indonesia yang sebelumnya mengimpor beras mampu berswasembada dan bahkan mengekspor beras ke India. Selain itu revolusi hijau juga membawa dampak negatif antara lain:
1. Penurunan produksi protein, karena tidak dikembangkan sebagaimana peningkatan produksi padi dan banyak lahan peternakan diubah menjadi sawah.
2. Menurunnya keanearagaman hayati, karena lahan-lahan dengan ekosistem yang berbeda dirubah menjadi sawah.
3. Pupuk kimia yang digunakan terus-menerus menyebabkan rusaknya struktur tanah dan ketergantungan tanaman pada pupuk yang terus meningkat.
4. Pestisida yang digunakan menyebabkan munculnya hama strain baru yang tahan terhadap pestisida tertentu. Pestisida jenis baru dibuat untuk mengatasi hal ini, namun malah menimbulkan hama lain yang resisten, dan demikian terjadi terus menerus.
Dampak Revolusi Hijau
Meski berhasil meningkatkan produksi gabah di Indonesia, akan tetapi Revolusi Hijau juga berakibat sebagai berikut:
·
Musnahnya
organisme penyubur tanah
·
Kesuburan
tanah menurun dan menjadi tandus
·
Tanah
mengandung resido akibat endapan pestisida
·
Hasil
pertanian mengandung bahan kimia pestisida
·
Ekosistem
rusak dan tidak lagi seimbang
·
Terjadi
ledakan serangan hama dan penyakit
Bu yg mana sejarah indo? Yg mana sejarah peminatan?
BalasHapus