Bangsa Akkadia pada peradaban mesopotamia
Bangsa Akkadia
Wilayah Mesopotamia sudah lama dikuasai oleh bangsa Sumeria, yang membangun peradaban baru di sekitar sungai Eufrat dan Tigris. Peradaban yang dibangun oleh bangsa Sumeria diyakini sebagai yang pertama dan terbaik pada masanya. Namun hegemoni kekuasaan Bangsa Sumeria pada akhirnya harus berakhir ketika mereka mendapat serangan invasi dari kelompok rumpun Bangsa Semit, dikenal dengan nama Bangsa Akkadia. Ketika melakukan invasi ke wilayah Mesopotamia tersebut Bangsa Akkadia dipimpin oleh Raja Sargon sekitar tahun 2350 SM.
Serangan
yang dilakukan oleh Raja Sargon dan pasukannya ternyata berhasil
merebut wilayah Mesopotamia, terutama di sekitar daerah Sungai Eufrat
dan Tigris, dari Bangsa Sumeria yang dikenal kuat dalam mempertahankan
wilayahnya. Setelah berhasil menguasa wilayah tersebut, Raja Sargon
memilih Kota Agade sebagai ibukota baru bagi kekuasaan Akkadia di
wilayah Mesopotamia.
Bangsa
Akkadia memang telah berhasil menggusur kekuasaan Bangsa Sumer dari
wilayah Mesopotamia, namun hal itu tidak semata-mata dilakukan untuk
melenyapkan peradaban Mesopotamia yang telah dibangun oleh Bangsa
Sumeria. Bangsa Akkadia lebih memilh untuk membangun kebudayaan baru di
Mesopotamia dengan menggabungkan kebudayaan yang sudah ada, dengan
kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat Akkadia, yang berasal dari
peradaban bangsa Semit. Bangsa Akkadia berpendapat bahwa akulturasi
kebudayaan adalah langkah yang tepat untuk membangun Mesopotamia baru di
bawah kekuasaan Bangsa Akkadia.
Berkembang
sebuah kebudayaan baru di wilayah Mesopotamia pada masa kekuasaan
Bangsa Akkadia. Kebudayaan tersebut amat sangat penting dalam membangun
wilayah Sungai Eufrat dan Tigris menjadi wilayah besar yang banyak
diinginkan oleh bangsa-bangsa kecil di luar wilayah Mesopotamia.
Gabungan kedua kebudayaan tersebut dikenal dengan kebudayaan
Sumer-Akkad. Jika sebelumnya pada masa kekuasaan Bangsa Sumeria bahasa
yang digunakan adalah Bahasa Sumer yang menggunakan huruf paku, Bangsa
Akkadia memilih menggunakan bahasa Semit sebagai bahasa baru di wilayah
tersebut.
Bangsa
Akkadia menganut kepercayaan politeisme, sebagaimana Bangsa Sumeria pun
sebelumnya menerapkan sistem kepercayaan tersebut. Sehingga masyarakat
di wilayah Mesopotamia tetap mempertahankan kepercayaan terhadap banyak
dewa. Selain itu juga mulai berkembang kisah-kisah kepahlawanan yang
lebih menekankan kepada kehebatan bangsa Semit, seperti kisah tentang
Adopa, Etana, dan Gilgamesh.
Komentar
Posting Komentar